AL-QUR'AN HADITS KELAS 11

Senin, 04 Juni 2018

BAB 1 HIDUP BERKAH DENGAN MENGHORMATI DAN MEMATUHI ORANG TUA DAN GURU.


BAB 1 HIDUP BERKAH DENGAN MENGHORMATI DAN MEMATUHI ORANG TUA DAN GURU. 



QS. al-Isrā’ [17]: 23 – 24

Sebelum kita memahami secara lebih mendalam tentang kandungannya, marilah kita baca dengan baik dan benar QS. al-Isrā’ [17]: 23-24 berikut ini

Terjemah Ayat
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (QS. al-Isrā’[17]: 23 ).
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang danucapkanlah,”Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.” (QS. al-Isrā’ [17]: 24).

Penjelasan QS. al-Isrā’ [17]: 23 – 24
Surat al-Isrā’ ayat 23-24 memiliki kandungan mengenai pendidikan berkarakter,yang didefinisikan sebagai satu kesatuan yang membedakan satu dengan yang lainatau dengan kata lain karakter adalah kekuatan moral yang memiliki sinonim berupamoral, budi pekerti, adab, sopan santun dan akhlak. Akhlak dan adab sumbernyaadalah wahyu yakni berupa al-Qur’an dan Sunah. Sedangkan budi pekerti, moral,dan sopan santun sumbernya adalah filsafat.Dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk menyembah Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Kandungan ayat ini juga menunjukkan betapa kaum muslimin memiliki kedudukan yang sangat tinggi dibanding dengan kaum yang mempersekutukan Allah subḥānahū wa taʻālā. Ayat ini juga menjelaskan tentang iḥsān (bakti) kepada orang tua yang diperintahkan agama Islam adalah bersikap sopan kepada keduanya dalam ucapan dan perbuatan sesuai dengan adat kebiasaan masyarakat, sehingga mereka merasa senang terhadap kita, serta mencukupi kebutuhan-kebutuhan mereka yang sah dan wajar sesuai kemampuan kita (sebagai anak).
Dalam Tafsır Ibnu Kasır dijelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk menyembah Dia semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Selanjutnya perintah berbakti kepada orang tua. Yakni memerintahkan kepada kita untuk berbuat baik kepada ibu bapak, dan janganlah kita mengeluarkan kata-kata yang buruk kepada keduanya, sehingga kata-kata “ah” pun yang merupakan kata-kata buruk yang paling ringan tidak diperbolehkan. Janganlah pula bersikap buruk kepada mereka, seperti yang dikatakan oleh Ata Ibnu Rabah sehubungan dengan arti surah tersebut “Dan janganlah kamu membentak mereka” maksudnya janganlah kamu menolakkan tangan kepada keduanya. Setelah melarang mengeluarkan perkataan dan melakukan perbuatan buruk terhadap kedua orang tua, Allah memerintahkan untuk berbuat baik, bertutur sapa baik, dan berlaku sopan santun kepada kedua orang tua dengan rasa penuh hormat dan memuliakannya.
Dalam Tafsir al-Misbah dijelaskan bahwa ayat-ayat diatas memberi tuntunan kepada anak agar berbakti kepada kedua orang tua secara bertahap. Dimulai dengan janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”. Lalu dilanjutkan dengan mengucapkan kata-kata yang mulia. Ini lebih tinggi tingkatannya dari tuntunan pertama karena mengandung pesan penghormatan dan pengagungan melalui ucapan. Selanjutnya meningkat lagi dengan perintah untuk berperilaku yang menggambarkan kasih sayang sekaligus kerendahan di hadapan kedua orang tua.Perilaku yang lahir dari rasa kasih sayang yang menjadikan mata sang anak tidaklepas dari orang tua. Sang anak selalu memperhatikan dan memenuhi keinginan orang tuanya. Akhirnya sang anak dituntut untuk mendoakan orang tua sambil mengingat jasa-jasa mereka terlebih saat kita kecil.
QS. Luqman (13): 13-17
   
Terjemah Ayat
“Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajarankepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnyamempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqmān[31]: 13).
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.” (QS. Luqmān [31]: 14).
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali  kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Luqmān [31]: 15).
(Lukman berkata), ”Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Maha halus, Maha teliti.” (QS. Luqmān [31]: 16).
“Wahai anakku! Laksanakanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting.” (QS. Luqmān [31]: 17).

Penjelasan QS. Luqmān [31]: 13 – 17
Ayat 13 menjelaskan bahwa syarat untuk mendidik anak hendaknya dilandasi dengan lemah lembut dan kasih sayang. Kata ‘iẓuhu diambil dari kata wa’ẓ yang bermakna nasihat yang meyangkut berbagai kebajikan dengan cara menyentuh hati, penyampaiannya yakni dengan lemah lembut, tidak membentak, dan panggilan sayang pada anak. Kata bunayya mengisyaratkan kasih sayang. Hal ini tentunya juga berlaku kepada para guru dalam mendidik para peserta didiknya.
Dalam ayat 14, Allah menggambarkan kesusahan seorang ibu dalam merawat anaknya, mengapa hanya jasa ibu yang digambarkan dengan sedemikian lemahnya? Karena peranan ibu lebih berat dari ayah, mulai dari proses mengandung, hingga melahirkan dan menyapihnya. Kata wahnan berarti kelemahan atau kerapuhan. Yang dimaksud di sini adalah ibu dalam kondisi sangat lemah saat mengandung anaknya.
Ayat 15 menjelaskan tentang larangan taat kepada orang tua dalam mendurhakai Allah subhānahū wa ta’ālā dan nasihat Luqmān kepada anaknya tentang menolak segala bentuk kemusyrikan di manapun berada. Ayat ini sekaligus memberitahu bahwa mempergauli keduanya dengan baik hanya dalam urusan dunia, bukan keagamaan. Seperti Nabi Ibrahim ‘alaihis-salām, dia tetap berlaku santun kepada bapaknya sekalipun pembuat berhala, namun Nabi Ibrahim tidak sependapat dalam hal akidah.
Pada ayat 16, terdapat kata laīf, yang memiliki arti lembut, halus, atau kecil. Dari makna ini muncullah makna ketersembunyian dan ketelitian. Imām al-Gazālı menjelaskan bahwa yang berhak menyandang sifat ini hanyalah Allah. Dialah yang mengetahui perincian kemashlahatan dan seluk beluk rahasianya. Karena Dia selalu menghendaki kemaslahatan untuk makhluk-Nya. Ayat ini menggambarkan kekuasaan Allah subḥānahū wa taʻālā dalam menghitung amal manusia betapapun sedikitnya.
Ayat 17 menjelaskan tentang amar ma’rūf nahī munkar, yang puncak dan pangkalnya adalah salat, serta amal kebaikan yang tercermin adalah buah dari salat yang dilaksanakan dengan benar. Kata ‘azm dari segi bahasa berarti kekuatan hati atau tekad.
Hadis

1.      Riwayat Muslim
عن ابي هريرة عن النبي صلى الله عليه و سلم قال رغم انف ثم رغم انف ثم رغم انف. قيل: من يا رسول الله ؟ قال: من ادرك ابويه الكبر احدهما او كليهما فلم يدخل الجنة  { رواه مسلم }   
2.      Riwayat al-Bukhārī dan Muslim
سمعت عبد الله بن عمر رضي الله عنهما يقول: جاء رجل الى النبى صلى الله عليه وسلم فا ستا ذنه في الجها د فقا ل: احي والدا ك؟ قال: نعم. قال ففيهما فجاهد { رواه البخاري ومسلم }
Terjemah Hadis 1
Dari Abū Hurairah dari Nabi Muhammad Saw., beliau: “Dia celaka! Dia celaka! Dia celaka!” lalu beliau ditanya; “Siapakah yang celaka, ya Rasūlullāh ?” Jawab Nabi : “Barang siapa yang mendapati kedua orang tuanya (dalam usia lanjut), atau salah satu dari keduanya (namun ia tidak berbakti kepadanya dengan sebaik-baiknya), maka dia tidak akan masuk surga.” (HR. Muslim).
Terjemahan Hadis 2
Aku mendengar ‘Abdullāh bin ‘Amr Ra. berkata: “Seorang laki-laki datang kepada Nabi, lalu meminta izin untuk ikut berjihad. Maka beliau bertanya: “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” Laki-laki itu menjawab: “Iya”. Maka beliau berkata: “Kepada keduanyalah kamu berjihad (berbakti).” (HR. al-Bukhārı̄ dan Muslim).
Penjelasan Hadis
Hadis yang diriwayatkan oleh Muslim tersebut menjelaskan bahwa seseorang akan celaka ketika tidak berbakti kepada orang tua. Kata “Dia celaka” diulang-ulang oleh Rasūlullāh sebanyak tiga kali menunjukkan bahwa celaka akan benar-benar terjadi kepada seseorang yang tidak berbakti kepada orang tua. Hal ini juga menunjukkan betapa pentingnya berbakti kepada kedua orang tua terlebih lagi ketika kedua orang tua atau salah satu dari mereka masih hidup.
Adapun hadis riwayat al-Bukhārı̄ dan Muslim menjelaskan bahwa berbakti kepada kedua orang tua memiliki nilai pahala yang sangat besar. Bahkan nilai pahala berbakti kepada kedua orang tua oleh Rasūlullāh disamakan dengan nilai pahala jihad, berperang, dan melawan kaum kafir.

Perilaku Orang yang Menghormati dan Mematuhi Orang dan Guru
Sebelum kalian menerapkan perilaku menghormati dan mematuhi orang tua dan guru sebagai implementasi QS. al-Isrā’ [17]: 23-24; QS. Luqmān [31]: 13-17; dan hadis Nabi, terlebih dahulu kalian harus membiasakan membaca Al-Qur’an setiap hari. Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan sebagai penghayatan dan pengamalan QS. al-Isrā’ [17]: 23-24 sebagai berikut.
1. Selalu beribadah kepada Allah subhānahū wa taālā dan tidak menyekutukan- Nya.
2. Membiasakan berbuat baik (ihsān) kepada kedua orang tua.
3. Membiasakan untuk tidak berkata-kata buruk kepada kedua orang tua.
4. Selalu bersikap baik dan berlaku sopan santun kepada kedua orang tua dengan rasa penuh hormat dan memuliakannya.
5. Selalu mendoakan orang tua sebagai ungkapan terima kasih seorang anak.
Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan sebagai penghayatan dan pengamalan QS. Luqmān [31]: 13-17 sebagai berikut.
1. Selalu mengesakan Allah subānahū wa ta’ālā dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun.
2. Selalu berbuat baik kepada kedua orang tua, terutama ibu, karena ia telah mengandung kita dalam kepayahan, melahirkan, merawat dan mendidik kita sebagai ungkapan terima kasih kepada mereka.
3. Membiasakan diri untuk berbuat baik dan menaati orang tua sepanjang tidak  untuk berbuat maksiat kepada Allah dan menyekutukan-Nya.
4. Selalu berbuat baik, karena sekecil apapun perbuatan kita, baik maupun jelek, pasti akan mendapat balasan dari Allah subhānahū wa taālā.
5. Senantiasa menjalankan salat, amar ma’rūf nahī munkar, dan bersabar.
Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan sebagai penghayatan dan pengamalan hadis Nabi sebagai berikut.
1. Selalu berbakti kepada orang tua terutama ketika mereka masih hidup, jika sudah tiadapun kita harus senantiasa mendo’akan mereka.
2. Senantiasa berbakti kepada kedua orang tua karena nilai kebaikannya di sisi Allah subḥānahū wa taʻālā disejajarkan dengan jihad.
Selain berbakti kepada orang tua, kita juga berkewajiban bersikap hormat dan patuh kepada guru. Kenapa kita harus patuh kepada bapak atau ibu guru? Jasa guru sangat besar bagi murid dan masyarakat, bahkan bagi kemajuan bangsa dan negara. Kita tidak akan menjadi pintar tanpa bimbingan guru. Lebih dari itu tugas guru tidak hanya memberikan pelajaran dalam berbagai ilmu pengetahuan kepada muridnya, tetapi juga bertugas mendidik mereka, agar menjadi manusia yang baik yang sehat jasmani dan rohani. Dan kelak diharapkan agar mereka menjadi warga negara yang baik, luhur budinya, cinta kepada tanah air dan bangsanya.
Guru merupakan orang tua kedua karena orang yang mendidik murid-muridnya untuk menjadi lebih baik. Sebagaimana wajib hukumnya mematuhi kedua orang tua, maka wajib pula mematuhi perintah para guru selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan syari’at agama.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar